Busi adalah komponen yang berfungsi sebagai sumber perapian guna menyalakan mesin mobil. Untuk itu, kenali ciri ciri busi mobil sudah lemah. Sebab, mesin mobil tidak akan menyala apabila fungsi busi telah melemah.
Maka, Anda harus mengganti busi mobil bila busi tersebut telah mengalami malfungsi. Untuk mengganti busi mobil ini, Anda dapat melakukannya sendiri dirumah.
Kapan pemilik mobil harus mengganti busi mobil?
Penggantian busi mobil ini wajib Anda lakukan saat lemahnya fungsi busi mobil milik Anda. Sebagai pemilik kendaraan, maka Anda wajib mengerti dan mengetahui ciri dari busi mobil yang telah lemah.
Daftar isi
Ini Dia 3 Ciri Ciri Busi Mobil Sudah Lemah
Cukup riskan memang mengendarai mobil bermasalah, seperti adanya masalah di bagian busi mesin mobil.
Masalah tersebut dapat menyebabkan mobil tersebut mogok dijalan kala Anda kendarai. Oleh sebab itu, kenali beberapa ciri-ciri adanya masalah pada bagian busi mobil. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Adanya Masalah Saat Mobil Dalam Posisi Idle
Salah satu ciri ciri busi mobil sudah lemah ini dapat Anda ketahui saat mobil dalam posisi Idle. Dalam posisi Idle atau RPM stabil tanpa menekan pedal gas ini, Anda dapat mengetahui apakah busi mobil masih bagus atau sudah usang.
Apabila busi mobil sudah lemah, maka akan menunjukkan beberapa gejala. Mulai dari kesulitan saat menghidupkan mesin mobil, munculnya suara berdesing setelah mesin dihidupkan, adanya getaran-getaran di RPM rendah, hingga tarikan tuas gas terasa berat saat Anda mengendarai mobil tersebut.
Gejala-gejala tersebut memang disebabkan oleh busi mobil yang sudah usang ataupun mati. Untuk mengatasinya, Anda cukup mengganti busi lama dengan busi yang baru.
Adanya Gangguan Saat Mengendarai Mobil
Sudah menjadi resiko apabila Anda tetap memaksa menggunakan mobil yang mengalami masalah pada bagian busi mesin mobil. Gangguan gangguan tersebut berupa kesulitan saat mesin mobil berakselerasi.
Ya, saat Anda ingin memacu mobil di kecepatan diatas 50 hingga 60 kilometer. Maka, Anda akan merasakan guncangan bahkan kecepatan mobil dapat turun secara tiba-tiba. Masalah tersebut disebabkan oleh melemahnya fungsi busi mobil.
Baca Juga : Tekanan Freon AC Tidak Stabil
Lemahnya fungsi busi mobil ini juga disebabkan oleh kurangnya perawatan dan perbaikan mobil. Untuk itu, lakukan perawatan dan perbaikan mobil secara berkala agar mobil tetap nyaman saat Anda gunakan berkendara.
Mengecek Warna Busi Mobil
Dan ciri ciri busi mobil sudah lemah selanjutnya adalah dengan mengecek warna busi mobil. Bagaimana caranya ? caranya memang cukup mudah.
Saat mesin mobil dalam keadaan mati, maka Anda hanya perlu membuka kap mesin dan cari bagian busi mobil. Setelah itu, cek warna busi mobil.
Apabila busi mobil berwarna coklat, maka masa dan fungsi busi sudah hampir habis. Sehingga disarankan untuk mengganti busi mobil segera.
Apabila busi mobil berwarna merah atau kuning, maka, hal tersebut menandakan bahwa Anda terlalu sering memanaskan mobil dalam kurun waktu yang cukup lama ataupun adanya masalah di bagian sistem kompresor mesin.
Bila busi mobil berwarna hitam peka, maka ada masalah di bagian saluran bahan bakar mobil. Dan jika busi mobil rusak atau meleleh, bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh adanya kebocoran di bagian kompresi mesin mobil.
Jadi, jangan anggap remeh adanya masalah yang disebabkan oleh busi mesin mobil. Sebab, busi mobil ini menjadi salah satu komponen penting, yakni sebagai sumper perapian mesin mobil Anda.
Untuk itu, kenali beberapa ciri ciri busi mobil sudah lemah. Apabila busi mobil mengalami masalah, maka solusi terbaiknya adalah mengganti busi mobil lama dengan busi mobil yang baru.
FAQ Seputar Busi Mobil Sudah Lemah
1. Berapa perkiraan biaya penggantian satu set busi mobil di bengkel, dan apakah ada perbedaan harga signifikan antara busi standar dengan busi iridium atau platinum?
Soal biaya penggantian busi, ini memang sangat bervariasi tergantung jenis busi dan juga mobilnya.
Busi Standar (Nikel): Ini adalah jenis busi paling umum dan paling murah. Harga per busi biasanya mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 50.000 per buah. Untuk satu set (biasanya 4 busi), kamu bisa menyiapkan sekitar Rp 80.000 hingga Rp 200.000 untuk businya saja. Biaya jasanya relatif murah, mungkin sekitar Rp 50.000 hingga Rp 150.000.
Busi Platinum: Harganya lebih mahal dari nikel karena materialnya lebih awet. Per busi bisa sekitar Rp 70.000 hingga Rp 150.000. Jadi, untuk satu set, sekitar Rp 280.000 hingga Rp 600.000 ditambah jasa pasang.
Busi Iridium: Ini adalah jenis busi premium dengan daya tahan dan performa terbaik, makanya harganya paling tinggi. Harga per busi bisa mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 300.000 atau lebih, tergantung merek dan spesifikasi mobil. Untuk satu set, bisa mencapai Rp 400.000 hingga Rp 1,2 juta atau lebih, di luar jasa pasang.
Perbedaan Harga Signifikan:
Jelas ada perbedaan harga yang signifikan. Busi iridium dan platinum memang jauh lebih mahal daripada busi standar nikel. Namun, mereka menawarkan masa pakai yang lebih panjang (bisa 2-4 kali lipat dari busi nikel) dan performa percikan api yang lebih stabil, sehingga kadang worth it untuk investasi jangka panjang, apalagi untuk mobil-mobil modern.
2. Apakah ada dampak negatif jangka panjang pada komponen mesin lain jika busi yang sudah lemah dibiarkan dan tidak segera diganti?
Membiarkan busi yang sudah lemah itu seperti kamu punya mata rantai yang rusak di sepeda. Awalnya cuma bikin goyang, tapi lama-lama bisa merusak komponen lain. Ini beberapa dampak negatif jangka panjang pada komponen mesin lain kalau busi lemah tidak segera diganti:
Peningkatan Konsumsi Bahan Bakar: Busi yang lemah tidak bisa membakar campuran udara dan bahan bakar secara efisien. Artinya, sebagian bahan bakar tidak terbakar sempurna dan terbuang sia-sia. Ini bikin mobilmu jadi lebih boros bensin.
Kerusakan Catalytic Converter: Bahan bakar yang tidak terbakar sempurna di ruang bakar bisa masuk ke sistem knalpot dan kemudian terbakar di dalam catalytic converter. Panas berlebihan ini bisa merusak material internal catalytic converter yang mahal, bahkan bisa membuatnya meleleh atau tersumbat.
Kerusakan Koil Pengapian (Ignition Coil): Busi yang sudah lemah seringkali membutuhkan tegangan yang lebih tinggi dari koil untuk bisa menghasilkan percikan api. Ini membuat koil bekerja lebih keras dan lama-kelamaan bisa menyebabkan koil cepat rusak atau terbakar. Mengganti koil bisa lebih mahal dari busi.
Penumpukan Karbon di Ruang Bakar: Pembakaran yang tidak sempurna akibat busi lemah akan meninggalkan lebih banyak residu karbon di dalam ruang bakar, pada klep, dan piston. Penumpukan karbon ini bisa mengurangi performa mesin, menyebabkan knocking (ngelitik), dan mempersulit pembakaran di kemudian hari.
Getaran Mesin dan Kerusakan Mounting Mesin: Mesin yang “misfire” (pembakaran tidak terjadi di salah satu silinder) karena busi lemah akan bergetar lebih hebat. Getaran berlebihan ini bisa merusak engine mounting (dudukan mesin), yang berfungsi meredam getaran.
Kerusakan Sensor Oksigen: Pembakaran yang tidak sempurna juga bisa menghasilkan gas buang yang kotor, yang pada akhirnya bisa mengotori atau merusak sensor oksigen di knalpot, sehingga data yang dikirim ke ECU (komputer mobil) jadi tidak akurat.
Jadi, jangan tunda ganti busi kalau sudah ada tanda-tanda lemah, ya. Ini investasi kecil untuk menjaga kesehatan mesinmu.
3. Selain mengganti busi, apakah ada cara lain untuk mendiagnosis busi yang lemah di rumah tanpa membongkarnya, misalnya dengan alat khusus?
Mendiagnosis busi yang lemah tanpa membongkarnya itu agak tricky, tapi ada beberapa cara yang bisa kamu coba, bahkan dengan alat khusus:
Pengecekan Visual (dari Indikator): Ini cara paling gampang. Kalau lampu “Check Engine” di dashboard mobilmu menyala, itu adalah indikasi kuat ada masalah pada sistem pengapian, termasuk busi. Beberapa error code spesifik bisa langsung menunjukkan misfire di silinder tertentu.
Mendengarkan Suara Mesin: Kalau ada suara misfire (mesin pincang) atau getaran mesin yang tidak biasa saat idle, itu bisa jadi indikasi busi lemah di salah satu silinder.
Menggunakan OBD2 Scanner: Ini adalah alat khusus yang sangat direkomendasikan. Kamu bisa membeli OBD2 scanner yang murah (banyak dijual online mulai dari Rp 100 ribuan) dan menghubungkannya ke port OBD2 di mobilmu (biasanya di bawah dashboard). Lewat aplikasi di ponsel, scanner ini bisa:
Membaca Error Code (DTC): Jika ada busi yang lemah menyebabkan misfire, scanner akan menunjukkan kode P030X (di mana X adalah nomor silinder yang misfire). Ini diagnosis paling akurat tanpa membongkar.
Melihat Data Live (Live Data): Beberapa scanner juga bisa menampilkan data real-time dari sensor mesin, termasuk data misfire counter per silinder. Ini bisa membantu kamu melihat silinder mana yang bermasalah.
Merasakan Gejala Mobil: Gejala seperti akselerasi yang loyo, konsumsi BBM boros, atau mobil “nyendat” saat kecepatan tertentu adalah tanda-tanda yang bisa kamu rasakan langsung.
Meskipun alat ini bisa mendiagnosis masalah umum pada busi, untuk memastikan kondisi fisik busi (misalnya kotor, aus, atau gosong), kamu tetap perlu membongkarnya.
4. Apakah ada jadwal atau rekomendasi jarak tempuh tertentu untuk penggantian busi, tergantung jenis busi dan mobilnya?
Ya, pasti ada jadwal atau rekomendasi jarak tempuh tertentu untuk penggantian busi, dan ini sangat tergantung pada jenis busi dan mobilnya. Selalu cek buku manual mobilmu untuk rekomendasi paling akurat.
Berikut panduan umumnya:
Busi Standar (Nikel):
Rekomendasi penggantian: Setiap 20.000 hingga 30.000 kilometer.
Ini adalah busi dengan masa pakai paling pendek karena material elektrodanya lebih cepat aus.
Busi Platinum:
Rekomendasi penggantian: Setiap 40.000 hingga 60.000 kilometer.
Material platinum lebih keras dan tahan aus dibandingkan nikel, sehingga umurnya lebih panjang.
Busi Iridium:
Rekomendasi penggantian: Setiap 80.000 hingga 120.000 kilometer atau bahkan lebih. Beberapa produsen busi iridium mengklaim busi mereka bisa bertahan hingga 150.000 km atau lebih.
Iridium adalah logam yang sangat keras dan punya titik leleh tinggi, menjadikannya material terbaik untuk elektroda busi yang awet dan menghasilkan percikan api stabil.
Faktor Tambahan:
Mobil Tua vs. Modern: Mobil-mobil baru dengan teknologi mesin canggih (seperti direct injection atau turbo) seringkali membutuhkan busi yang lebih spesifik (seringnya iridium) dan punya interval penggantian yang lebih panjang.
Kondisi Mesin: Mesin yang tidak sehat (misalnya ada masalah pembakaran, kebocoran oli, atau konsumsi oli berlebih) bisa memperpendek umur busi karena busi akan lebih cepat kotor atau rusak.
Gaya Mengemudi: Gaya mengemudi yang sangat agresif atau sering terjebak macet parah (yang membuat mesin sering idle atau bekerja di suhu tinggi) bisa sedikit mempercepat keausan busi.
Penting untuk selalu mengikuti rekomendasi pabrikan busi dan mobil agar performa mesinmu tetap optimal.
5. Apakah gaya mengemudi atau jenis bahan bakar yang digunakan bisa memengaruhi usia pakai busi mobil?
Ya, gaya mengemudi dan jenis bahan bakar yang digunakan sangat bisa memengaruhi usia pakai busi mobilmu.
Gaya Mengemudi:
Agresif (Sering Akselerasi/Deselerasi Cepat): Gaya mengemudi seperti ini membuat mesin bekerja lebih keras dan di suhu yang lebih tinggi. Ini bisa mempercepat keausan elektroda busi dan penumpukan karbon. Percikan api yang terus-menerus intens juga memberi beban lebih pada busi.
Sering Macet atau Jarak Pendek: Jika mobilmu sering digunakan untuk perjalanan sangat pendek atau terjebak macet parah, mesin tidak sempat mencapai suhu kerja optimal secara konsisten. Ini bisa menyebabkan penumpukan karbon pada busi karena pembakaran yang kurang sempurna, memperpendek umurnya.
Rutin Jarak Jauh/Stabil: Gaya mengemudi yang lebih stabil dan sering digunakan untuk perjalanan jarak jauh di mana mesin bisa mencapai suhu kerja optimal, justru bisa membantu membersihkan busi dari sisa pembakaran dan memperpanjang umurnya.
Jenis Bahan Bakar:
Oktan Rendah (Tidak Sesuai Rekomendasi): Menggunakan bensin dengan oktan yang lebih rendah dari rekomendasi pabrikan bisa menyebabkan “detonasi” atau “knocking” (ngelitik) di mesin. Ini adalah pembakaran tidak normal yang menciptakan tekanan dan panas berlebihan, sangat merusak busi dan komponen mesin lainnya.
Kualitas Bahan Bakar Buruk/Kotor: Bahan bakar yang mengandung banyak kotoran atau aditif yang tidak standar bisa meninggalkan residu di elektroda busi, menyebabkan busi cepat kotor, kerak, dan menghambat percikan api.
Bahan Bakar Bertimbal (Sudah Dilarang di Indonesia): Di masa lalu, bensin bertimbal adalah penyebab utama busi cepat rusak dan busi berwarna merah/kuning seperti yang disebutkan artikel. Untungnya, bensin bertimbal sudah dilarang dan tidak ada lagi di pasaran Indonesia.
Hubungi Bengkel Dokter Mobil Sekarang!
Halo Domo Lovers 👋, reservasi ke bengkel Kami sekarang juga dan dapatkan promo menarik dari kami, cs kami akan membalas secepat mungkin